Kala
itu wajah Ki Togog terlihat sangar usai terbebas dari jeruji besi, meskipun
sebenarnya jika dirinya berkehendak ingin keluar tentu bukanlah sebuah hal yang
sulit. Wajar saja karena memang Ki Togog mempunyai pengaruh besar sebagai
punakawan garis bengkong. Tapi nyatanya Ki Togog memang lebih memilih untuk
beruzlah di balik penjara suci yang kata orang-orang sebagai majlis
penggemblengan moral para kaum yang otaknya kongslet.
Tapi
hari itu memang berbeda, Ki Togog mempunyai kehendak untuk menghirup udara
bebas di dunia luar. Alhasil bukan sebuah masalah baginya untuk melobi sipir
yang bertanggungjawab atas penjara suci. Apalagi Ki Togog memang dikaruniai Sang
Hyang Ilahiyyah berupa mulut besar yang tentu berguna untuknya dalam melantunkan
kata-kata peruntuh jiwa. Itu belum pusaka andalan saktinya Gelati Togog
Menyogok yang sanggunya melingkar di pinggangnya.
***
Setelah
itu pula segeralah Togog mengadakan tasyakuran dalam rangka terbebasnya dirinya
dari balik penjara besi suci. Berbagai klien, para pelanggan dari aneka latar
belakang, hingga para fans pun turut hadir dalam pesta menyambut Ki Togog.
Tampak pula batang hidung setelannya Ki Bilung yang merupakan partner utama menggerakkan
eksisensi punakawan garis bengkong, tentu sebagai basis perlawanan ideologi
yang diusung oleh Kyai Smarasanta cs.
“
Kang Togog, mengapa engkau lebih memilih untuk menunda keluar dari balik
penjara besi yang mengurung jasatmu ?”, Bilung mencoba bertanya tentang alasan
mengapa bosnya tersebut lebih memilih uzlah dalam penjara.
“
Bilung, bukan sebuah masalah besar jika aku ingin keluar sewaktu-waktu dari balik
penjara. Tapi memang itulah hal yang kuinginkan. Bukakah lebih mudah mengumbar
tugas kita sebagai punakawan garis kiri untuk mempengaruhi pihak yang kongslet
dari balik penjara dalam satu majlis bersama”, papar Ki Togog.
“
Lantas apa alasan engkau memilih bebas hari ini, lalu apa ada kaitannya dengan rencana
kita untuk mendeklarasikan partai Togog menyodok sebagaimana yang kita
rencanakan lalu ?”, tanya Bilung sekali lagi.
“ Sebenarnya
diriku lebih suka berada di penjara, karena memang melalui balik penjara tentu
akan mudah mengumbar propaganda tentang eksistensi partai Togog menyodok sebagai
proyek besar punakawan garis kiri. Namun pihak sipir penjara memiliki idealisme
lain yang kerap diiringi keputusan sepihak oleh pimpinan mereka ”, tutur Ki Togog
sambil nyeruput kopi ijo yang disugukan partnernya.
“ Apa
gerangan idealisme yang mereka usung, apakah pejabat penjara tersebut mengetahui
proyek propaganda partai Togog menyodok ? ”.
“ Bukan
itu yang menjadi alasan mengapa aku dibebaskan menjadi punakawan di penjara
besi suci itu. Melainkan karena idealisme proyek mereka sendiri untuk membentuk
poros nasional yang salah satu bagiannya adalah pendirian organisasi alumni
penjara besi untuk mengontrol para alumni yang tersebar di dunia luar. Nah,
disinilah alasan mengapa mereka memilihku sebagai penanggungjawab mengeksistensikan
organisasi tersebut. Kata mereka tujuan wadah tersebut adalah agar para alumni
penjara tidak luntur akan nilai-nilai luhur yang ditanamkan di balik jeruji
besi, seperti nilai kedisiplinan, berbaur dan berbagi antar tahanan, dan
nilai-nilai lainya ”. Kata Togog panjang lebar tentang maksud pejabat sipir
penjara tersebut.
“
Lantas engkau menerimanya begitu saja tentang idealisme yang mereka usung. Bukankah
itu malah merepotkan engkau pasca bebas dari penjara ”. Bilung mencoba
mengkritisi tindakan seniornya tersebut.
***
Togog
diam tak memberikan umpan balik argumentasi yang dikatakan Ki Bilung. Setelah tamu
undangan sudah bubar meninggalkan majlis pertemuan segeralah Togog memberi klarifikasi tentang fakta
sebenarnya dibalik organisasi alumni tahanan skala nasional tersebut.
“
Begitulah bilung, terkadang para sipir penjara memang kerap membuat
kebijakan-kebijakan sepihak yang kerap pula acuh menafikan kondisi dunia luar. Mau
bagaimana lagi itulah resiko yang harus dihadapi jika berkoalisi dengan para
pejabat. Balas budi dengan sebuah pengabdian merupakan hutang atas
kesempatan yang diberikan padaku dalam rangka menebar eksistensi di balik lautan
penjara besi tua ”.
“ Apa
engkau masih tak mengerti, bukankah akan lebih mudah menebar pengaruh ideologi
pada kolega sesama organisasi. Apalagi organisasi alumni tahanan penjara
tersebut digadang-gadang berskala nasional sebagai wadah penghubung satu anggota
dengan anggota lain. Bukankah itu menggiurkan jika mampu dimaksimalkan dalam
rangka menebar idelogi Punakawan garis kiri ”, papar Ki Togog menambahkan
argumentasinya.
Bilung
masih geleng-geleng kepala tentang penjelasan partnernya tersebut. “ Aku masih
tak faham apa gerangan yang kau katakan barusan. Lantas bagaimana nasip para
klien kita yang memang bukanlah bekas tahanan ”.
“
Bukankah sudah jelas bahwa sebuah organisasi memiliki pembagian keanggotaan. Ada
yang namanya anggota biasa, istimewa, atau anggota luar biasa. Bahkan ada yang
menyantumkan juga anggota kehormatan sebagai pihak yang dirasa memiliki jasa
tertinggi. Nah, pelanggan klien kita yang sebelumnya telah ikrar dibawah partai
Togog Menyodok masukkan saja pada status anggota istimewa atau bisa juga anggota
luar biasa. Bukankah ini akan lebih berguna dalam menghidupi eksistensi program
Partai Togog Menyodok. Hasilnya Engkau juga bisa bereksistensi pada organisasi
baru tersebut. Toh fenomena merangkap rangkap jabatan antar badan organisasi
bukanlah ha lasing dalam fenomena madyapada di era kekinian”. Togog kembali mencoba
memberikan penjelasan segamblang-gamblangnya pada parter utamanya.
***
Bilung
tengal tengul mendengar penjelasan dari Ki Togog seraya memikirkan hal lain tentang
hal apa lagi yang mengganjal benaknya tentang proyek sipir penjara tersebut. “ Kalau
engkau akan mengawinkan partai Togog menyodok dengan organisasi alumni penjara
besi suci nasional tersebut bukankah akan
menyalahi aturan AD-ART dan blueprint dari organisasi baru tersebut. Bagaimana berurusan
dengan sipir penjara sebagai pihak yang mengeluarkan surat keputusan bagi kita ”.
“
Acuhkan saja, jika kita bersusah payah meminta pertimbangan mereka tentang
rencana proyek idealisme kita tentu akan kacau malah. Bisa jadi benturan antar
idealisme akan menyertai perundingan tersebut, yang pada akhirnya jelas
mempengaruhi langkah eksistensi geliat punakawan garis kiri.”, papar Togog dengan
kata tegas.
“
Kepentingan mereka berbeda dengan kepentingan kita. Lagi pula diantara sipir
penjara tersebut ada pula yang masih terjangkit penyakit eska-sentris, yang
efeknya kerap menyebabkan pemberlakuan tindakan yang hanya terbatas
melihat-lihat pada tugas job description mereka saja sebagai pihak yang
bertanggungjawab pada pengelolaan sel penjara besi. Tentu sulit mendobrak
tradisi yang sudah mengakar dan
membudaya dalam birokrat penjara ”. Togog melanjutkan argumentasinya.
***
Bilung
diam sejenak kemudian mengutarakan pertanyaannya
lagi, “ Lantas bagaimana efeknya jika tidak dikoordinasikan. Takutnya langkah
kita nantinya akan di cap illegal yang tak patuh pada atasan yang mengeluarkan
mandat surat keputusan ”.
Mendengar
pertanyaan partnernya Ki Togog menghela nafas kemudian kembali berdialek, “ Jangan
terpaku pada aturan-aturan formil Bilung. Aturan formil memang sebagai media
pengatur sebuah organisasi. Tapi jika kerap terpacu berlebih pada redaksi aturan administratif tersebut tentulah sebuah inovasi baru akan terhambat. Jika
ada perihal yang menguntungkan kita dan bertentangan dengan legalitas, toh kita
bisa mengeluarkan legalitas baru sebagai basis revisi legalitas yang lama. Jika
engkau masih membingungkan legalitas peleburan tujuan dua badan atau
permasalahan tertambatnya eksistensi partai Togog Menyodok pasca dimerger, buat saja
badan semi otonom yang mempunyai keluasan dengan otonomi khusus untuk bertanggugjawab
terhadap suatu hal, tanpa harus secara mutlaq patuh pada AD-ART organisasi
diatasnya. Gitu aja kok repot lung bilung ”.
“ okelah
jika itu memang solusi terbaik. Sejak berada di balik penjara engkau semakin
handal pada ilmu-ilmu organisasi ”. Bilung akhirnya mengafirmasi argumentasi
seniornya.
“ Dibalik
penjara besi tua tersimpan lautan ilmu melimpah akan ilmu hikmah. Dimana engkau
dapat secara leluasa mengambil ikan yang mana. Apakah ikan dari para pencopet
uang rakyat, ikan dari birokrat yang terikat pada legalitas sekretariat, atau
ikan dari para penggiat revolusi yang ditahan dalam batasan jeruji besi. Bukan
begitu Togog, Bilung ”, papar seseorang tamu undangan yang terlambat datang
dalam tasyakuran.
“ Kyai
Semar !!! ”, kata Togog dan bilung bersamaan,
kaget atas hadirnya rival utama seniornya tersebut.
Hadirnya
Smarasanta dengan membawa gunungan ditangannya menjadi akhir dialeka perihal
bebasnya Ki Togog dari penjara besi suci. Punakawan garis kiri yang
memposisikan diri sebagai basis perlawanan punakawan garis kanan melalui pemupukan
isu-isu pasaran.
(Dibuat pada Rabu, 24Januari 2018)
----
Prev: Pohon Beringin di Negeri Imantaka - Next: Pembelaan Dewi Ning Mustikaweni (Segera)
----
(Dibuat pada Rabu, 24Januari 2018)
----
Prev: Pohon Beringin di Negeri Imantaka - Next: Pembelaan Dewi Ning Mustikaweni (Segera)
----
0 Komentar
Terima kasih atas masukan anda.