Kezuhudan Ibrahim bin Adham membuatnya menjadi terkenal di kalangan sufi.
Amalnya selalu di angkat ke langit setiap hari, lalu hajatnya juga begitu
mustajab setiap hari.
Suatu ketika Ibrahim bin Adham berhajat berpergian ke Masjidil Aqsha
Palestina, guna beribadah di Qubatul Sokhro yang terkenal mustajab. Adapun
Qubatul Sokhro merupakan sebuah bangunan yang didalamnya terdapat batu pijakan
nabi Muhammad Saw kala hendak naik menuju Sidratul Muntaha (Mi'raj).
Sebelum menuju Palestina, Ibrahim bin Adham singgah sejenak di Masjidil
Haram Makkah. Disana Ibrahim bertemu dengan pedagang kurma asongan, lalu
membeli beberapa kurma dari pedagang tua tersebut
Selepas pedagang asongan tersebut pergi, Ibrahim bin Adham dikejutkan
dengan dua biji kurma dibawah kakinya
Aturan yang berlaku di sana saat itu. Karena mengira dua biji kurma yang
jatuh ke tanah tersebut merupakan hak miliknya dari pembelian yang sah, maka
Ibrahim bin Adham mengambilnya. Setelah itu Ibrahim bin Adham pun memutuskan
melanjutkan perjalanan ke Palestina menuju Qubatul Sokhro.
Budaya berziarah di Qubatul Sokhro, manusia hanya dibolehkan berziarah
sebatas sampai batas sore hari. Disebabkan saat malam hari tiba, haruslah
bergantian waktu dengan para malaikat yang berziarah ke Qubatul Sokhro.
Namun pada saat itu, Ibrahim bin Adham berhasil lolos dari penertiban di
sore hari, hingga malam menyongsong tiba. Saat itulah para malaikat turun ke
Qubatul Sokhro untuk beribadah kepada Allah SWT.
" Lho, masih ada jenis manusia di tempat ini ", kata salah satu
malaikat.
" Inilah orang Khurassan yang terkenal itu. Amalnya selalu naik ke
langit setiap hari, begitu juga dengan doanya yang mustajab. Tapi sayang tahun
ini, doanya masih tertunda belum diijabahi oleh Allah SWT. Begitu juga dengan
amalnya yang masih tertunda naik ke langit. Disebabkan ia memakan makanan yang
bukan haknya, Kata salah satu malaikat yang lain.
Mendengar pembicaraan malaikat membincang dirinya. Ibrahim bin Adham pun
menangis lalu seketika pingsan (jawa: njungkel). Saat sadar dengan sangat
menyesal ia berencana kembali ke Makkah untuk mencari si penjual kurma demi
sebuah keridhaan atas dua butir kurma yang telah diambilnya.
Sesampai di Masjidil Haram, Ibrahim bin Adham berhasil berjumpa dengan
pedagang asongan yang berjualan kurma. Tetapi penjual tersebut bukanlah orang
yang telah ditemuinya kala itu.
" Kamu kenal bapak bapak yang menjual kurma disini, sekitar setahun
yang lalu. ", Tanya Ibrahim.
" Itu bapakku, tapi kini telah meninggal dunia. Ada maksud apa anda
bertanya tentang hal tersebut ?", Kata si pemuda
Ibrahim bin Adham pun menjelaskan pada si pemuda penjual kurma tentang
kronologi mendetail seputar kejadian yang dihadapinya.
" Begitu, kurma dua buah tersebut berarti statusnya kini sebagai
barang waris. Saya tidak berhak memberikan keikhlasan sempurna atas barang
tersebut. Meski sebenarnya saya telah memberikan keridhoan atas dua butir
kurma tersebut. Karena ayah saya wafat meninggalkan tiga ahli waris; saya
sendiri, ibu, dan kakak perempuan. ", Papar si pemuda panjang lebar.
" Pertemukan aku dengan ibu dan kakak mu ", pinta Ibrahim bin
Adham.
Setelah itu Ibrahim bin Adham pun berjumpa dengan dua ahli waris lain untuk
meminta keridhaan. Hingga dua ahli waris tersebut ikut menyusul si pemuda
memberikan keridhoan pada Ibrahim bin Adham atas dua butir kurma yang
diambilnya setahun lalu.
Setelah itu Ibrahim bin Adham pun memutuskan untuk kembali ke Qubatul
Sokhro guna kembali beribadah di sana. Hingga pada malam hari tiba kembali
Ibrahim mendengar suara perbincangan para malaikat.
" Ini orang Khurassan yang dulu. Kini amalnya telah diangkat ke
langit, dan doa doanya kini juga telah kembali mustajab. Berkat kehalalan dan
keridhaan yang didapatinya".
Sumber: Cerita KH Moh Djamaluddin Ahmad
0 Komentar
Terima kasih atas masukan anda.