Tahun Baru diidentik dengan pawai, konfoi
serta pesta kembang api. Setelah itu tiupan merdu terompet berlomba-lomba
berkumandang tatkala sang waktu menunjukkan jam 00.00 tepat. Para insan pun
bersukaria menyambut datangnya tahun baru 2013, dengan berharap agar di tahun
baru tersebut mereka lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya.
Para dulur-dulur HIMMABA pun tidak ketinggalan
dengan pesta pergantian tahun tersebut, akan tetapi ada yang unik dari mereka.
Mereka tidak memeriahkan malam pergantian tahun tersebut dengan ikut pesta
kembang api dan tidak pula dengan berlomba-lomba meniup terompet. Mereka
Mengawali tahun baru 2013 dengan menaklukkan Gunung Panderman. Gunung panderman
merupakan salah satu gunung yang ada di Batu-malang, Gunung ini memiliki
ketinggian 2000 dpl
Pendakian dulur-dulur HIMMABA ke gunung
Panderman dimulai sekitar pukul 03.00 dengan di ikuti oleh 11 orang (9
laki-laki, 2 Perempuan), pendakian tersebut dipimpin oleh sedulur Kank Roni
“Gondest” dan sedulur Cak Muhib “gandent”. Dalam perjalanan menuju puncak
panderman mereka disulitkan dengan medan yang becek disertai guyuran hujan
orografis. Efeknya mereka pun harus rela memakai jas hujan demi melindungi
barang-barang yang diperlukan. Akan tetapi hal tersebut bukanlah sebuah
rintangan yang berarti. Dengan berbekal semangat pantang menyerah dulur-dulur
HIMMABA pun mampu menerobos guyuran air hujan.
Sekitar pukul 05.10 mereka pun sampai di “Latar
Ombo”, yakni sebuah tanah lapang cukup luas yang terletak di antara puncak
Panderman dan kaki Panderman. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat di
tempat tersebut guna mengembalikan stamina yang terkuras. Hawa dingin gunung
Panderman pun tidak mengurangi keceriaan mereka. Suara gelak tawa dan canda
masih mengiringi malam-malam mereka. Sejenak tedengar sebuah syair dalam
dongeng dari salah satu dari mereka, “ kang Kondaling Kang, empri,t
glatik gembolongan betet ijo nyucuki jagung kang,,” Begitulah salah
satu cuplikan syair tersebut.
Tepat pukul 00.00 tengah malam gemerlap kembang
api dari Pusat kota dan di kaki pandeman pun mulai terlihat melalui atas
Panderman. Semua pendaki panderman pun menikmati indahnya pemandangan tersebut.
Keesokan harinya direncanakan pendakian
akan diteruskan ke puncak Panderman, akan tetapi karena medan yang licin maka
rencana tersebut hampir tak terwujud. Akhirnya pendakian ke puncak pun terpaksa
harus di wakili oleh 3 orang yakni sedulur Arif, Firoh, dan Farhan. Dengan
bermodal semangat mereka bertiga pun melewati semua rintangan yang menghadang.
Ada yang unik dari perjalanan mereka bertiga
untuk mencapai puncak Panderman, yakni dimana mereka sepanjang perjalanan
mereka mengkonsumsi sari pati dari Daun alang-alang. Hal ini dikarenakan
persediaan air yang mereka bawa sedikit, itupun harus mereka bagi dengan
dulur-dulur yang lain yang tidak ikut menuju puncak Panderman. “ Sari
dari Alang-alang ini enak kok rasanya seperti tebu, asam-asam manis“, kata
Farhan. Usai menaklukan puncak Panderman mereka bertiga pun turun kembali ke
Latar Ombo guna bergabung dengan dulur-dulur yang lain.
Ujian datang menimpa dulur-dulur HIMMABA, rasa
dahaga pun mulai merasuk ke tenggorokan mereka, akan tetapi persediaan Air
tidak cukup untuk mememuhi kebetuhan 11 orang. Akhirnya berkat Rahmat-Nya hujan
pun turun. Air Hujan pun mereka manfaatkan buat memasak dan minum.
Sekitar pukul 11.30 mereka pun memutuskan untuk
berkemas-kemas guna menuruni gunung. Meskipun dilanda cobaan namun mereka
mendapati rasa puas tersendiri karena berhasil merayakan pergantian tahun di
gunung Panderman.
(Tulisan merupakan tulisan pertama pribadi di bangku perkuliahan, diposting juga di himmaba.com)
0 Komentar
Terima kasih atas masukan anda.