Setelah saya membaca dan mempelajari delapan topik materi di modul PPG, bagi saya topik Al Qur’an merupakan hal yang paling menarik untuk dipelajari. Hal ini karena berbicara seputar Al Qur’an terdapat ayat mukhalamat yang maknanya jelas serta ayat mutasyabihat yang tidak boleh dimaknai tersurat sebab membutuhkan ta’wil dan tafsir. Sebuah tantangan besar bagi guru agama Islam dalam menjelaskan kandungan ayat tersebut ke peserta didik. Bagi guru Pendidikan Agama Islam topik ini wajib disenggol, agar peserta didik dapat memahami Al Qur’an secara komprehensif tidak hanya literal dan tekstual saja.
Analisis Implementatif
Dalam praktik pendidikan, pemahaman tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat mengajarkan guru untuk tidak hanya menyampaikan ayat secara tekstual, tetapi juga menekankan makna kontekstualnya. Misalnya, ayat tentang sifat Allah tidak boleh dipahami secara inderawi, melainkan melalui penjelasan tafsir ulama. Implementasi ini bisa dilakukan dengan metode diskusi, studi tafsir, serta contoh aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Materi tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat memberikan pemahaman bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an bisa dipahami secara langsung. Ayat muhkamat berfungsi sebagai pedoman pokok hukum, sedangkan ayat mutasyabihat menuntut kehati-hatian dalam penafsiran agar tidak salah kaprah.
Dalam praktik kelas, guru bisa menggunakan metode diskusi
dan tanya jawab untuk menguji sejauh mana pemahaman peserta didik tentang
perbedaan keduanya. Selain itu, penerapan juga bisa dilakukan melalui
pembelajaran berbasis proyek, misalnya membuat ringkasan tafsir sederhana dari
ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya
mengetahui teori, tetapi juga belajar bagaimana cara mengkaji Al-Qur’an secara
bertanggung jawab dan proporsional sesuai dengan kapasitasnya.
Selama proses pembelajaran, saya pernah menemukan bahwa sebagian
peserta didik memahami ayat-ayat mutasyabihat secara harfiah, sehingga
menimbulkan kebingungan bahkan salah paham tentang sifat Allah. Hal ini
menunjukkan perlunya pendekatan bertahap: pertama mengenalkan ayat muhkamat
yang jelas, kemudian membawa mereka pada ayat mutasyabihat dengan bimbingan
tafsir. Pengalaman ini sejalan dengan materi yang menekankan pentingnya
penafsiran yang benar. Ayat Mutasyabihat jika dimaknai secara literal atau
tekstual tentu akan mengalami kejanggalan makna atau kebingungan tentang makna
yang sebenarnya. Salah satu contohnya adalah pesreta didik saat memahami QS. Al
Fath: 10 يَدُ ٱللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
jika dimaknai tekstual bermakna “ Tangan Allah diatas tangan mereka”, atau QS. Hud: 37 وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا yang عْيُنِنَا secara tekstual berarti mata
(penglihatan). Adapula peserta didik yang mempertanyakan makna dari ayat ayat Fawatihus
suwar.
Tantangan dan Hikmah
Tantangan utama adalah keterbatasan waktu di kelas untuk menjelaskan ayat-ayat yang memerlukan uraian panjang, serta minimnya minat baca tafsir di kalangan peserta didik. Namun, hikmah yang bisa diambil adalah pentingnya kesabaran, kebijaksanaan, serta kreativitas guru dalam menyampaikan materi. Guru dituntut untuk menyesuaikan bahasa agar mudah dipahami tanpa mengurangi substansi ajaran. Selain itu hikmah dari pemahaman ayat ayat mutasyabihat pada peserta didik adalah untuk memberi pemahaman bahwa meski Al Qur’an absolut dan Mutlaq kita juga diharuskan untuk selalu berfikir, mentafsir, dan menta’wil sebuah ayat yang mutasyabihat sebagaimana kita disuruh “Iqra” dalam pengantar surat Al Alaq. Dengan demikian pola pikir peserta didik tidak akan terbatasi dengan makna ayat yang tekstual saja, sebagai bekal dalam membentuk pola pikir yang moderat terhadap situasi.
Rencana Kedepan
Ini adalah tugas refleksi dari materi modul profesional PPG PAI Daljab Tahun 2025
.jpg)

Terima kasih atas masukan anda.