-->

Tantangan topik ayat muhkamat dan mutasyabihat dalam pembelajaran

Rizal Nanda Maghfiroh
0

        

        Setelah saya membaca dan mempelajari delapan topik materi di modul PPG, bagi saya topik Al Qur’an merupakan hal yang paling menarik untuk dipelajari. Hal ini karena berbicara seputar Al Qur’an terdapat ayat mukhalamat yang maknanya jelas serta ayat mutasyabihat yang tidak boleh dimaknai tersurat sebab membutuhkan ta’wil dan tafsir. Sebuah tantangan besar bagi guru agama Islam dalam menjelaskan kandungan ayat tersebut ke peserta didik. Bagi guru Pendidikan Agama Islam topik ini wajib disenggol, agar peserta didik dapat memahami Al Qur’an secara komprehensif tidak hanya literal dan tekstual saja.       

Analisis Implementatif

     Dalam praktik pendidikan, pemahaman tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat mengajarkan guru untuk tidak hanya menyampaikan ayat secara tekstual, tetapi juga menekankan makna kontekstualnya. Misalnya, ayat tentang sifat Allah tidak boleh dipahami secara inderawi, melainkan melalui penjelasan tafsir ulama. Implementasi ini bisa dilakukan dengan metode diskusi, studi tafsir, serta contoh aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Materi tentang ayat muhkamat dan mutasyabihat memberikan pemahaman bahwa tidak semua ayat Al-Qur’an bisa dipahami secara langsung. Ayat muhkamat berfungsi sebagai pedoman pokok hukum, sedangkan ayat mutasyabihat menuntut kehati-hatian dalam penafsiran agar tidak salah kaprah.   

      Dalam praktik kelas, guru bisa menggunakan metode diskusi dan tanya jawab untuk menguji sejauh mana pemahaman peserta didik tentang perbedaan keduanya. Selain itu, penerapan juga bisa dilakukan melalui pembelajaran berbasis proyek, misalnya membuat ringkasan tafsir sederhana dari ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya mengetahui teori, tetapi juga belajar bagaimana cara mengkaji Al-Qur’an secara bertanggung jawab dan proporsional sesuai dengan kapasitasnya.

 Pengalaman Praktis

        Selama proses pembelajaran, saya pernah menemukan bahwa sebagian peserta didik memahami ayat-ayat mutasyabihat secara harfiah, sehingga menimbulkan kebingungan bahkan salah paham tentang sifat Allah. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan bertahap: pertama mengenalkan ayat muhkamat yang jelas, kemudian membawa mereka pada ayat mutasyabihat dengan bimbingan tafsir. Pengalaman ini sejalan dengan materi yang menekankan pentingnya penafsiran yang benar. Ayat Mutasyabihat jika dimaknai secara literal atau tekstual tentu akan mengalami kejanggalan makna atau kebingungan tentang makna yang sebenarnya. Salah satu contohnya adalah pesreta didik saat memahami QS. Al Fath: 10 يَدُ ٱللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ  jika dimaknai tekstual bermakna “ Tangan Allah  diatas tangan mereka”, atau QS. Hud: 37 وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا  yang عْيُنِنَا secara tekstual berarti mata (penglihatan). Adapula peserta didik yang mempertanyakan makna dari ayat ayat Fawatihus suwar.

Tantangan dan Hikmah

       Tantangan utama adalah keterbatasan waktu di kelas untuk menjelaskan ayat-ayat yang memerlukan uraian panjang, serta minimnya minat baca tafsir di kalangan peserta didik. Namun, hikmah yang bisa diambil adalah pentingnya kesabaran, kebijaksanaan, serta kreativitas guru dalam menyampaikan materi. Guru dituntut untuk menyesuaikan bahasa agar mudah dipahami tanpa mengurangi substansi ajaran. Selain itu hikmah dari pemahaman ayat ayat mutasyabihat pada peserta didik adalah untuk memberi pemahaman bahwa  meski Al Qur’an absolut dan Mutlaq kita juga diharuskan untuk selalu berfikir, mentafsir, dan menta’wil sebuah ayat yang mutasyabihat sebagaimana kita disuruh “Iqra” dalam pengantar surat Al Alaq. Dengan demikian pola pikir peserta didik tidak akan terbatasi dengan makna ayat yang tekstual saja, sebagai bekal dalam membentuk pola pikir yang moderat terhadap situasi. 

Rencana Kedepan

     Ke depan, saya berencana untuk mengimplementasikan pembelajaran dengan menggunalan pendekatan tadabbur Al-Qur’an secara menyenangkan, yaitu mengaitkan ayat muhkamat dan mutasyabihat dengan kehidupan nyata peserta didik dilingkungan masing-masing. Seperti melalui projek membaca tafsir sederhana, diskusi kelompok, atau pembuatan media pembelajaran digital (poster, infografis, atau video pendek) untuk menjelaskan perbedaan muhkamat dan mutasyabihat. Dengan cara ini, peserta didik diharapkan mampu memahami ayat secara lebih mendalam.


Ini adalah tugas refleksi dari materi modul profesional PPG PAI Daljab Tahun 2025

Posting Komentar

0 Komentar

Terima kasih atas masukan anda.

Posting Komentar (0)