Malam itu tak ada pesta, tak ada lilin, tak ada ucapan ulang tahun.
Hanya sunyi yang menatapku diam,
dan di tengah kesunyian itu aku duduk bersila, menyalakan dzikir,
membiarkan nama yang kucintai hanyut dalam setiap nafas istighfar.
Aku tak lagi meminta Tuhan untuk mengembalikannya.
Aku hanya memohon agar hidupnya tenang,
agar rumah yang kini menaunginya dipenuhi keberkahan,
agar senyum yang dulu kujaga tetap bertahan di wajahnya.
Malam ini aku belajar,
bahwa cinta yang sejati tak berakhir di penolakan,
tapi justru lahir di saat doa menjadi satu-satunya cara mencintai.
Aku tak tahu apakah angin membawa pesan ini kepadanya,
atau mungkin malaikat telah menyelipkan namanya
dalam setiap lafaz istighotsahku.
Yang kutahu, Tuhan mendengar,
dan itu sudah cukup.
Cinta ini telah menyeberang batas duniawi,
tak lagi mencari genggaman,
tak lagi haus balasan.
Ia menjelma menjadi pengabdian sunyi
yang kutitipkan di bawah cahaya bulan 11 November.
Jika suatu hari di akhirat aku menemuinya lagi,
aku hanya ingin berkata pelan:
“Aku tidak pernah berhenti mencintaimu,
hanya saja kini caraku berbeda — lewat doa, bukan pelukan.”
---
Lamongan, 11 November 2025
.jpg)

Terima kasih atas masukan anda.