Masyarakat Desa Jatipandak tentu tak asing dengan tokoh yang biasa dikenal dengan nama “ Ustadz Ali Chudhari (Pak Guru Ali)”. Sosok tersebut merupakan salah satu tokoh sentral penggerak Nahdlatul ‘Ulama dan Madrasah Ibtidaiyyah Darussalam pasca masa pengabdian Moh. Sidik.
Sepertihalnya tokoh Jatipandak lainnya, M. Ali Chudari bukalah bumi putera Jatipandak melainkan berasal dari daerah Bunga Gresik yang pada akhirnya mengabdikan hidupnya dalam rangka mensyiarkan agama Islam ke daerah Lamongan Selatan (Sambeng).
Menurut pengakuan salah seorang alumni MI Darussalam angkatan ketiga sejak didirikan bahwa sosok M. Ali Chudhari mulai mengabdikan diri meramaikan syiar islam di Jatipandak sejak tahun 1971 dengan berkecimpung sebagai pengajar lembaga Madrasah Ibtidaiyyah Darussalam dan keanggotaan Nahdlatul ‘Ulama Jatipandak masa kepemimpinan Mohammad Sidik.
Sebelum singgah dan menetap di Jatipandak tercatat ada beberapa daerah yang sempat disinggahi M. Ali Chudari sebagai pengabdiannya, mulai dari Dusun Tambar, Krembak (Daerah Kec. Bluluk), hingga terakhir Dusun Kandangan sebelum memutuskan hijrah ke Dusun Pandak (Jatipandak) dan membuat rumah pada sebidang tanah pemberian dari salah satu pengurus NU Jatipandak bernama Supakat (P. Suhari). Harapannya agar bersama-sama dapat melanjutkan perjuangan menghidupkan syiar islam jatipandak, Nahdlatul ‘Ulama, serta Madrasah Darussalam sebagai lembaga pendidikan produk lokal.
Usai masa pengabdian Ustadz Moh. Sidik di
Jatipandak baik di cakupan Ta’mir Masjid Jami’ Al Musyarofah atau di Madrasah
Ibtida’iyyah Darussalam, maka Ustadz Ali Chudhari didaulat menjadi pemangku
estafet perjuangan generasi sebelumnya.
Adapun salah satu corak pembeda antara kepemimpinan Moh. Sidik dengan M. Ali Chudari dalam kelembagaan Madrasah yaitu apabila Moh. Sidik kerap mengambil pengajar dari luar daerah Jatipandak maka M. Ali Chudari justru mengambil dari para lulusan internal Madrasah sebagai pengajar.
Hal ini wajar karena pada masa kepemimpinan M. Sidik merupakan tahapan awal sehigga mau tidak mau harus mampu membangun manajemen madrasah dengan sistem baik termasuk merekrut pengajar dari luar, sedangkan pada masa M. Ali Chudari produk lulusan madrasah sudah tersedia sehingga dapat dimanfaatkan kontribusinya untuk kemaslahatan bersama, diantaranya nama-namanya seperti; Moh. Cholil, Suliyono, Syamsudin, dan lain sebagainya.
(Tulisan ini Dibuat dalam rangka Follow up PKD oleh PAC GP Ansor Kec. Sambeng Kab. Lamongan 2017 )
Adapun salah satu corak pembeda antara kepemimpinan Moh. Sidik dengan M. Ali Chudari dalam kelembagaan Madrasah yaitu apabila Moh. Sidik kerap mengambil pengajar dari luar daerah Jatipandak maka M. Ali Chudari justru mengambil dari para lulusan internal Madrasah sebagai pengajar.
Hal ini wajar karena pada masa kepemimpinan M. Sidik merupakan tahapan awal sehigga mau tidak mau harus mampu membangun manajemen madrasah dengan sistem baik termasuk merekrut pengajar dari luar, sedangkan pada masa M. Ali Chudari produk lulusan madrasah sudah tersedia sehingga dapat dimanfaatkan kontribusinya untuk kemaslahatan bersama, diantaranya nama-namanya seperti; Moh. Cholil, Suliyono, Syamsudin, dan lain sebagainya.
(Tulisan ini Dibuat dalam rangka Follow up PKD oleh PAC GP Ansor Kec. Sambeng Kab. Lamongan 2017 )
0 Komentar
Terima kasih atas masukan anda.